Mereka, lelaki dan perempuan yang begitu berkomitmen dengan agamanya.
Melalui ta’aruf yang singkat dan hikmat, mereka memutuskan untuk
melanjutkannya menuju khitbah.
Sang lelaki, sendiri, harus maju menghadapi lelaki lain: ayah sang
perempuan.
Dan ini, tantangan yang sesungguhnya. Ia telah melewati deru pertempuran
semasa aktivitasnya di kampus, tetapi pertempuran yang sekarang amatlah
berbeda. Sang perempuan, tentu saja siap membantunya. Memuluskan langkah
mereka menggenapkan agamanya. Maka, di suatu pagi, di sebuah rumah, di
sebuah ruang tamu, seorang lelaki muda menghadapi seorang lelaki
setengah baya, untuk ‘merebut’ sang perempuan muda, dari sisinya.
“Oh, jadi engkau yang akan melamar itu?” tanya sang setengah baya.
“Iya, Pak,” jawab sang muda.
“Engkau telah mengenalnya dalam-dalam? ” tanya sang setengah baya sambil
menunjuk si perempuan.
“Ya Pak, sangat mengenalnya, ” jawab sang muda, mencoba meyakinkan.
“Lamaranmu kutolak. Berarti engkau telah memacarinya sebelumnya? Tidak
bisa. Aku tidak bisa mengijinkan pernikahan yang diawali dengan model
seperti itu!” balas sang setengah baya.
Si pemuda tergagap, “Enggak kok pak, sebenarnya saya hanya kenal
sekedarnya saja, ketemu saja baru sebulan lalu.”
“Lamaranmu kutolak. Itu serasa ‘membeli kucing dalam karung’ kan, aku
tak mau kau akan gampang menceraikannya karena kau tak mengenalnya.
Jangan-jangan kau nggak tahu aku ini siapa?” balas sang setengah baya,
keras.
Ini situasi yang sulit. Sang perempuan muda mencoba membantu sang lelaki
muda.
Mazmur 112
8 years ago